[Latest News][6]

Analisa
Artikel hiburan
Download kajian
Info Suriah
Mutiara hikmah
Pemikiran
Sekilas
Video

Awali Hari Dengan...

Awali Hari Dengan...

Kisah Abu Hanifah Sadarkan Khawarij

Sebuah Manaqib Imam Abu Hanifah yang di Posting oleh Abu Diyah



Kisah Kecerdasan al-Imam Abu Hanifah رحمه الله Dalam Membimbing & Menyadarkan Orang Khowarij

Dikisahkan tatkala orang-orang khowarij berhasil menguasai Kufah para pengikut khawarij pun menangkap Imam Abu Hanifah rohimahullah Ta'ala.

Mereka berkata: "Wahai Syaikh bertaubatlah dari kekufuran!"
Beliau r menjawab: “Ya. Aku telah bertobat dari segala bentuk kekafiran."
Setelah mendengar jawaban itu mereka meninggalkan Abu Hanifah. Di tengah jalan ada yang berkata: "Sesungguhnya dia bertaubat dari kekafiran. Yang ia maksud adalah ajaran dan keyakinan kalian."
Mereka pun langsung berputar balik dan menemui Abu Hanifah kembali.
Pemimpin mereka membentak: “Wahai Syaikh, engkau bilang telah bertobat dari kekafiran. Pasti yang engkau maksud adalah keyakinan kami..”
Abu Hanifah : “Tunggu dulu… Kamu berkata demikian atas dasar praduga atau ilmu?”
“Berdasar dugaan kami,” jawab pemimpin khawarij.
Abu Hanifah menjawab, “Ingatah...! Allah telah berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu adalah dosa. [Al-Hujurat: 12]
Jika demikian berarti kamu telah melakukan satu dosa. Padahal menurut ajaranmu, melakukan dosa berarti kafir dan keluar dari Islam. Sekarang bertobatlah terlebih dahulu!!”

Ucapan itu menyentak pemimpin kelompok Khawarij.

“Anda benar wahai Syaikh, Aku sekarang bertobat dari kekafiran,” ucap sang pemimpin.
Di lain waktu, pengikut khawarij kembali mendatangi Imam Abu Hanifah. Tatkala mereka mengetahui bahwa beliau tidak mengkafirkan seorang muslim dengan semata-mata dosa.
“Wahai Abu Hanifah, lihatlah ke halaman masjid. Ada dua jenazah terbujur kaku. Jenazah pertama adalah pecandu khamer. Dia mati setelah over dosis minum minuman keras. Jenazah kedua adalah wanita pezina. Dia bunuh diri setelah sadar tengah mengandung janin hasil perzinahan. Menurut anda apakah mereka kafir atau tidak?” kata pengikut khawarij.
“Tunggu dulu. Jawab dahulu pertanyaanku.
Dari agama mana mereka?Apakah kedua jenazah tersebut beragama Yahudi?” tanya Abu Hanifah.
“Tidak,” jawab mereka.
“Apakah beragama Nasrani?” Abu Hanifah kembali bertanya.
“Tidak,” jawab mereka kompak.
“Ataukah beragama Majusi?”
“Tidak.”
“Jika begitu, dari agama mana?” tanya Abu Hanifah.

Mereka menjawab, “Dari agama yang pengikutnya bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak diibadahi kecuali Allah, dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah.”

“Sekarang katakan kepadaku. Berapa nilai dua kalimat syahadat ? Berapa nilainya dalam keimanan seorang muslim? Apakah 1/3, 1/4 atau hanya 1/5?” tanya Abu Hanifah.
Mereka menjawab: “Iman itu tidak bisa dibagi-bagi. dikatakan sepertiga, seperempat atau seperlima"
“Yang tegas saja… Berapa persen bagian syahadat dalam Iman?” tanya Abu Hanifah.
Mereka menjawab: “Syahadat berarti seluruh keimanan.”

“Jika kalian menganggap syahadat membuat orang mendapat iman secara utuh, untuk apa kalian bertanya kepadaku tentang status kedua jenazah tersebut. Kalian sudah menjawab pertanyaan kalian sendiri,” kata Abu Hanifah.

Mereka membantah Abu Hanifah, “Tak usah bermain kata.. Sekarang jawab dengan tegas. Apakah jenazah itu termasuk ahli surga atau neraka?”
“Baiklah jika kalian menolak argumen-argumen yang telah aku sampaikan. Jawabanku sama dengan jawaban nabiyullah Ibrahim terhadap sebuah kaum yang dosanya jauh lebih besar dari mereka :
رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ ۖ فَمَنْ تَبِعَنِي فَإِنَّهُ مِنِّي ۖ وَمَنْ عَصَانِي فَإِنَّكَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
_Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia, maka barangsiapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barangsiapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang_ [Ibrahim:36]
Aku mengatakan pada keduanya seperti ucapan nabiyullah Isa terhadap sebuah kaum yang dosanya jauh lebih besar dari keduanya,
إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ ۖ وَإِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
_"Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."_ [al-Maidah 118]
Seperti ucapan nabi Nuh tentang kaumnya yang dosa mereka lebih buruk dari kedua jenazah di depan.
(قَالُوا أَنُؤْمِنُ لَكَ وَاتَّبَعَكَ الْأَرْذَلُونَ
قَالَ وَمَا عِلْمِي بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ * إِنْ حِسَابُهُمْ إِلَّا عَلَىٰ رَبِّي ۖ لَوْ تَشْعُرُونَ)

Mereka berkata: _"Apakah kami akan beriman kepadamu, padahal yang mengikuti kamu ialah orang-orang yang hina?". Nuh menjawab:"Bagaimana aku mengetahui apa yang telah mereka kerjakan? Perhitungan (amal perbuatan) mereka tidak lain hanyalah kepada Robbku, kalau kalian menyadari._ [Asy Syuroo 111-113]
Jawabanku sama dengan jawaban para Nabi, termasuk Rasulullah shalallahu alaihi wasallam:
قُلْ لَا أَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي خَزَائِنُ اللَّهِ وَلَا أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلَا أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ ۖ إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَىٰ إِلَيَّ ۚ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الْأَعْمَىٰ وَالْبَصِيرُ ۚ أَفَلَا تَتَفَكَّرُونَ
_Dan aku tidak mengatakan kepada kamu (bahwa): "Aku mempunyai gudang-gudang rezeki dan kekayaan dari Allah, dan aku tiada mengetahui yang ghaib", dan tidak (pula) aku mengatakan: "Bahwa sesungguhnya aku adalah malaikat", dan tidak juga aku mengatakan kepada orang-orang yang dipandang hina oleh penglihatanmu: "Sekali-kali Allah tidak akan mendatangkan kebaikan kepada mereka". Allah lebih mengetahui apa yang ada pada diri mereka; sesungguhnya aku, kalau begitu benar-benar termasuk orang-orang yang zalim.

Maka mereka pun melemparkan senjata-senjatanya.

Mereka menyatakan: _"Sungguh kami bertobat dari agama yang dulu kami ada diatasnya dan kami akan beragama seperti agama anda wahai abu hanifah. Sungguh Allah telah memberi anda kelebihan berupa keutamaan kebijaksanaan dan ilmu”.

Manaqib Abu Hanifah 108-151
Alih bahasa Abu Sufyan al-Musy

About Author Mohamed Abu 'l-Gharaniq

when an unknown printer took a galley of type and scrambled it to make a type specimen book. It has survived not only five centuries.

No comments:

Post a Comment

Start typing and press Enter to search