BURKINI DAN OPINI TENTANG LIBERAL YANG KAFFAH
Oleh : Maulana Mustopa
Kasus penolakan Burkini di Prancis membuat saya bertanya tanya. Sedemikian ketatnya peraturan di negeri yang mengaku liberal itu. Kok Liberal ketat?
Harusnya Liberal atau kebebasan membolehkan orang pakai Burkini. Mau telanjang bebas, mau burkini bebas. Mau hukum rimba bebas, mau syariat Islam bebas. Itu baru namanya Liberal Kaffah.
Semboyan Liberte Egalite, freternite mendadak menjadi omongkosong ketika berhadapan dengan Islam. Para Muslimah yang menolak auratnya terlihat malah harus berhadapan dengan kepolisian dan hukum di negeri napoleon itu.
Jika faham kebebasan alias Liberte menjadi pemaksaan, berarti kebebasan itu sendiri tak menjadi kebebasan yang kaffah, melainkan telah bertransformasi menjadi faham Liberal yang Radikal dan Fundamentalis. Haha.
Sejarah Prancis telah menjadi saksi bahwa kediktatoran harus dilawan. Louis ke 16 harus berjibaku dengan guillotine ketika berupaya mengekang kebebasan warganya. Mereka yang menolak burkini telah merampas cita cita para pahlawan Prancis yang telah tewas menyerbu Bastille.
Saya jadi khawatir jikalau benih benih kediktatoran Raja Lousi ke 16 muncul kembali, sementara rakyat Prancis tak sadar kalau mereka dikhianati.
Namun Muslimah Prancis tak perlu khawatir, pengusaha Muslim kaya Rasyid Nikhaz lagi lagi pasang badan mau membayari denda akibat pelarangan burkini.
Saya bahkan meyakini, akan timbul kekagetan nanti, jika Rasyid Nikhaz Dideklarasikan sebagai Musketeer baru di menara Champ de Mars paris. Karena kita yakin Umat Islam ini bukan perengek, jika ditekan maka umat ini akan melawan.
Sementara itu, warga tanggerang berharap muslimah Prancis mau hijrah dari Paris menuju Poris. Saya turut bahagia mendengarnya.
One For All, All For One
--------------
Pesan Sponsor: Pendaftaran Qurbani Suriah Koalisi Kemanusiaan Indonesia yang dimotori MMS Masih dibuka. Lebih dari 100 Orang telah mendaftar.
Kasus penolakan Burkini di Prancis membuat saya bertanya tanya. Sedemikian ketatnya peraturan di negeri yang mengaku liberal itu. Kok Liberal ketat?
Harusnya Liberal atau kebebasan membolehkan orang pakai Burkini. Mau telanjang bebas, mau burkini bebas. Mau hukum rimba bebas, mau syariat Islam bebas. Itu baru namanya Liberal Kaffah.
Semboyan Liberte Egalite, freternite mendadak menjadi omongkosong ketika berhadapan dengan Islam. Para Muslimah yang menolak auratnya terlihat malah harus berhadapan dengan kepolisian dan hukum di negeri napoleon itu.
Jika faham kebebasan alias Liberte menjadi pemaksaan, berarti kebebasan itu sendiri tak menjadi kebebasan yang kaffah, melainkan telah bertransformasi menjadi faham Liberal yang Radikal dan Fundamentalis. Haha.
Sejarah Prancis telah menjadi saksi bahwa kediktatoran harus dilawan. Louis ke 16 harus berjibaku dengan guillotine ketika berupaya mengekang kebebasan warganya. Mereka yang menolak burkini telah merampas cita cita para pahlawan Prancis yang telah tewas menyerbu Bastille.
Saya jadi khawatir jikalau benih benih kediktatoran Raja Lousi ke 16 muncul kembali, sementara rakyat Prancis tak sadar kalau mereka dikhianati.
Namun Muslimah Prancis tak perlu khawatir, pengusaha Muslim kaya Rasyid Nikhaz lagi lagi pasang badan mau membayari denda akibat pelarangan burkini.
Saya bahkan meyakini, akan timbul kekagetan nanti, jika Rasyid Nikhaz Dideklarasikan sebagai Musketeer baru di menara Champ de Mars paris. Karena kita yakin Umat Islam ini bukan perengek, jika ditekan maka umat ini akan melawan.
Sementara itu, warga tanggerang berharap muslimah Prancis mau hijrah dari Paris menuju Poris. Saya turut bahagia mendengarnya.
One For All, All For One
--------------
Pesan Sponsor: Pendaftaran Qurbani Suriah Koalisi Kemanusiaan Indonesia yang dimotori MMS Masih dibuka. Lebih dari 100 Orang telah mendaftar.
No comments:
Post a Comment