Berhasil di redam, Sampit aman terkendali
Beberapa hari lalu, Kotawaringn Timur di hebohkan Oleh pembunuhan yang menewaskan seorang korban. Hal ini mengakibatkan keresahan bagi Masyarakat karena ada Isu kembali terjadinya Kerusuhan Masa seperti tahun 2001 silam. Tentu masyarakat Kotim yang sudah lama hidup berdampingan dengan berbagai macam suku tidak ingin kejadian kelam itu terulang kembali.
Berikut kami rangkumkan berita nya melalui sumber Borneo News
Irfan Maulana (17), anak muda warga Kecamatan Baamang, Kotawaringin Timur, nekat membunuh Hendri Priwani (23), Rabu (7/9/2016), karena terima ayahnya dipukul dalam perkelahian dengan korban. Pelaku pembunuhan di Jl Fathul Jannah, Kelurahan Baamang Hulu, Kecamatan Baamang, yang menewaskan Hendri, warga Jl H Mansyur itu, akhirnya diringkus sehari kemudian, Kamis (8/9/2016) malam.
“Saya tidak tega ayah dipukul. Saya mengambil celurit dan menebasnya sebanyak dua kali, namun hanya sekali mengenai tangan korban tersebut,” ujar Irfan Maulana kepada Borneonews, Jumat (9/9/2016).
Pelaku mengaku sangat menyesali perbuatannya. Karena itu, dia meminta maaf kepada keluarga korban, karena sudah membunuh salah satu anggota keluarga mereka yang disayangi. Hal itu terjadi karena dia khilaf.
Kapolres Kotim, AKBP Hendra Wirawan mengatakan, pihaknya masih melakukan pemeriksaan mendalam terhadap pelaku, guna mengetahui apakah kasus tersbeut dilakukan sendiri atau dibantu orang lain. Mereka sudah memanggil enam orang saksi dalam kasus itu, baik tiga teman korban yang sebelum kejadian bersamanya, maupun ibu pelaku.
“Pemeriksaan masih berlangsung, dan saat ini kami masih menunggu kesaksian sang ayah yang bernama Kameludin (36), guna memperjelas motif dalam kasus tersebut,” ujar Kapolres Kotim, AKBP Hendra Wirawan, saat ekspose di ruang tengah Mapolres Jumat (9/9/2016).
Kasus pembunuhan itu bermula saat korban bersama tiga kawannya sedang minum miras di sekitar rumahnya, pukul 19.00 WIB. Usai meneguk miras itu, sekitar pukul 22.00 WIB Hendri minta diantar temannya Dilla untuk menjual celurit di Jl Merak, dengan harga Rp250 ribu.
Namun ditawar lagi oleh si pembeli seharga Rp100 ribu, korbanpun menyetujui hal tersebut. Setelah itu, Hendri kembali minta antar ketempat penjual sabu di Gg Attarbiah tersebut. Tetapi karena mabuk dia malah datang ke rumah Kameludin. Di tempat itulah Hendri ngotot minta beli sabu hingga akhirnya timbul perkelahian.
Saat perkelahian tersebut, Kameludin kalah. Sehingga sang anak yang melihat hal itu langsung tidak terima dan mengambil celurit di rumahnya, dan mengejar korban. Setelah saling berhadap-hadapan, dia membacokkan celurit tersebut sebanyak dua kali. Namun hanya satu kali mengenai tangan korban.
Mendapatkan pembacokan tersebut, korban lari dengan darah masih berceceran di tanah. Setelah sampai 200 meter dari tempat kejadian, ternyata korban kehabisan darah, dan tewas bersimbah darah di atas gundukan pasir. (M. HAMIM/N).
Mudah mudahan dengan Pelaku yang sudah di amankan ini masyarakat KOTIM sudah tidak khawatir lagi mengenai Isu yang beredar di tengah masyarakat. Adapun permasalahan etnis ini terjadi karena kurang sadarnya masyarakat Kotim terhadap kesetaraan dan kebhinekaan.
Tentu dalam sudut pandang Agama-pun tidak di perbolehkan untuk menumpahkan darah bahkan sampai di Haramkan terutama sesama kaum Muslimin. Tentu hal semacam ini menjadi tantangan bagi Dai/Ustadz lokal dalam meluruskan akidah kaum muslimin yang berada di daerah Kotawaringin timur.
Berikut kami rangkumkan berita nya melalui sumber Borneo News
Irfan Maulana (17), anak muda warga Kecamatan Baamang, Kotawaringin Timur, nekat membunuh Hendri Priwani (23), Rabu (7/9/2016), karena terima ayahnya dipukul dalam perkelahian dengan korban. Pelaku pembunuhan di Jl Fathul Jannah, Kelurahan Baamang Hulu, Kecamatan Baamang, yang menewaskan Hendri, warga Jl H Mansyur itu, akhirnya diringkus sehari kemudian, Kamis (8/9/2016) malam.
“Saya tidak tega ayah dipukul. Saya mengambil celurit dan menebasnya sebanyak dua kali, namun hanya sekali mengenai tangan korban tersebut,” ujar Irfan Maulana kepada Borneonews, Jumat (9/9/2016).
Pelaku mengaku sangat menyesali perbuatannya. Karena itu, dia meminta maaf kepada keluarga korban, karena sudah membunuh salah satu anggota keluarga mereka yang disayangi. Hal itu terjadi karena dia khilaf.
Kapolres Kotim, AKBP Hendra Wirawan mengatakan, pihaknya masih melakukan pemeriksaan mendalam terhadap pelaku, guna mengetahui apakah kasus tersbeut dilakukan sendiri atau dibantu orang lain. Mereka sudah memanggil enam orang saksi dalam kasus itu, baik tiga teman korban yang sebelum kejadian bersamanya, maupun ibu pelaku.
“Pemeriksaan masih berlangsung, dan saat ini kami masih menunggu kesaksian sang ayah yang bernama Kameludin (36), guna memperjelas motif dalam kasus tersebut,” ujar Kapolres Kotim, AKBP Hendra Wirawan, saat ekspose di ruang tengah Mapolres Jumat (9/9/2016).
Kasus pembunuhan itu bermula saat korban bersama tiga kawannya sedang minum miras di sekitar rumahnya, pukul 19.00 WIB. Usai meneguk miras itu, sekitar pukul 22.00 WIB Hendri minta diantar temannya Dilla untuk menjual celurit di Jl Merak, dengan harga Rp250 ribu.
Namun ditawar lagi oleh si pembeli seharga Rp100 ribu, korbanpun menyetujui hal tersebut. Setelah itu, Hendri kembali minta antar ketempat penjual sabu di Gg Attarbiah tersebut. Tetapi karena mabuk dia malah datang ke rumah Kameludin. Di tempat itulah Hendri ngotot minta beli sabu hingga akhirnya timbul perkelahian.
Saat perkelahian tersebut, Kameludin kalah. Sehingga sang anak yang melihat hal itu langsung tidak terima dan mengambil celurit di rumahnya, dan mengejar korban. Setelah saling berhadap-hadapan, dia membacokkan celurit tersebut sebanyak dua kali. Namun hanya satu kali mengenai tangan korban.
Mendapatkan pembacokan tersebut, korban lari dengan darah masih berceceran di tanah. Setelah sampai 200 meter dari tempat kejadian, ternyata korban kehabisan darah, dan tewas bersimbah darah di atas gundukan pasir. (M. HAMIM/N).
Mudah mudahan dengan Pelaku yang sudah di amankan ini masyarakat KOTIM sudah tidak khawatir lagi mengenai Isu yang beredar di tengah masyarakat. Adapun permasalahan etnis ini terjadi karena kurang sadarnya masyarakat Kotim terhadap kesetaraan dan kebhinekaan.
Tentu dalam sudut pandang Agama-pun tidak di perbolehkan untuk menumpahkan darah bahkan sampai di Haramkan terutama sesama kaum Muslimin. Tentu hal semacam ini menjadi tantangan bagi Dai/Ustadz lokal dalam meluruskan akidah kaum muslimin yang berada di daerah Kotawaringin timur.
No comments:
Post a Comment