Muslim Imitasi
Orang Islam tuh harusnya pinter, loyal kepada Islam dan ummatnya,
sejelek apapun saudaranya muslim, toh di mata Anda sebagai orang Islam,
ia lebih mulia dan lebih baik dibanding kafir sepandai dan sebaik apapun
dia.
Seenak apapun daging babi, tetap saja haram , sebagai orang Islam anda pasti lebih memilih makan nasi walau hanya berlaukkan peluh sendiri.
Semakmur apapun menjadi orang kafir, sebagi orang Islam Anda pasti lebih memilih untuk menetapi Islam anda walau harus hidup sebagai gembel di dunia.
Setampan atau secantik apapun orang kafir, maka lisan orang islam tidaklah mungkin memujinya apalagi mencintainya, dan sejelek apapun orang Islam maka Anda pasti mencintainya setengah mati.
Sebagai orang Islam, Anda pantang menjadi begundal orang kafir yang hobinya menjilat, mengabdi dan membela orang kafir. Anda yakin bahwa Anda lebih mulia untuk menjadi begundal sesama orang Islam, walaupun resikonya wajah Anda menjadi menjadi keset baginya (orang Islam).
Karena itu sobat, bila Anda rajin bersosmed misalnya, coba deh Anda baca ulang status status Anda, mungkinkah Anda lebih sering memuji orang kafir, baik wajahnya, negerinya, budayanya, tokohnya dan sebaliknya mu kinkah anda juga sering mennjelek-jelekkan saudara anda sendiri, wajahnya, atau negerinya, atau budayanya atau tokohnya. Jangan sampai tanpa Anda sadari Anda telah menjadi begundal orang kafir.
Jangan sampai ketika orang kafir dikritik Anda langsung kebakaran kumis, dan terpanggil untuk membela dengan dalih obyektivitas, namun ketika orang Islam dipojokkan Anda bisu, kehilangan obyektifitas, ata malah ikut tergugah untuk semakin menyudutkannya.
Bila demikian adanya, sepatutnya Anda mengoreksi kembali Islam Anda, jangan jangan bukan asli namun Imitasi.
Sobat! Ingat kembali firman Allah:
لا تجد قوما يؤمنون بالله واليوم الآخر يوادون من Øاد الله ورسوله ولو كانوا آباءهم أو أبناءهم أو إخوانهم أو عشيرتهم
Engkau tiada mungkin mendapatkan orang yang benar benar beriman kepada Allah dan hari akhir berkasih sayang dengan orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, walaupun dia adalah ayahnya, atau anaknya, atau saudaranya atau keluarganya sendiri (Al Mujadilah 22)
*Penulis :
Seenak apapun daging babi, tetap saja haram , sebagai orang Islam anda pasti lebih memilih makan nasi walau hanya berlaukkan peluh sendiri.
Semakmur apapun menjadi orang kafir, sebagi orang Islam Anda pasti lebih memilih untuk menetapi Islam anda walau harus hidup sebagai gembel di dunia.
Setampan atau secantik apapun orang kafir, maka lisan orang islam tidaklah mungkin memujinya apalagi mencintainya, dan sejelek apapun orang Islam maka Anda pasti mencintainya setengah mati.
Sebagai orang Islam, Anda pantang menjadi begundal orang kafir yang hobinya menjilat, mengabdi dan membela orang kafir. Anda yakin bahwa Anda lebih mulia untuk menjadi begundal sesama orang Islam, walaupun resikonya wajah Anda menjadi menjadi keset baginya (orang Islam).
Karena itu sobat, bila Anda rajin bersosmed misalnya, coba deh Anda baca ulang status status Anda, mungkinkah Anda lebih sering memuji orang kafir, baik wajahnya, negerinya, budayanya, tokohnya dan sebaliknya mu kinkah anda juga sering mennjelek-jelekkan saudara anda sendiri, wajahnya, atau negerinya, atau budayanya atau tokohnya. Jangan sampai tanpa Anda sadari Anda telah menjadi begundal orang kafir.
Jangan sampai ketika orang kafir dikritik Anda langsung kebakaran kumis, dan terpanggil untuk membela dengan dalih obyektivitas, namun ketika orang Islam dipojokkan Anda bisu, kehilangan obyektifitas, ata malah ikut tergugah untuk semakin menyudutkannya.
Bila demikian adanya, sepatutnya Anda mengoreksi kembali Islam Anda, jangan jangan bukan asli namun Imitasi.
Sobat! Ingat kembali firman Allah:
لا تجد قوما يؤمنون بالله واليوم الآخر يوادون من Øاد الله ورسوله ولو كانوا آباءهم أو أبناءهم أو إخوانهم أو عشيرتهم
Engkau tiada mungkin mendapatkan orang yang benar benar beriman kepada Allah dan hari akhir berkasih sayang dengan orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, walaupun dia adalah ayahnya, atau anaknya, atau saudaranya atau keluarganya sendiri (Al Mujadilah 22)
*Penulis :
No comments:
Post a Comment